SELAMAT DATANG DI BANANAS FOUNDATIONS BLOG

Wahana berbagi ide dan aspirasi guna mewujudkan solidaritas masyarakat dengan stabilitas ekonomi dan senyum karakteristik sesama

Biografi Penulis

Foto saya
Kami adalah bagian dari masyarakat , kami hadir untuk masyarakat, edukasi,inovasi dan sebagainya kami berusaha lebih dekat dengan masyarakat. kaami hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti Edukasi, Food , consultant, dll

Minggu, 10 Januari 2010

Betapa bergunanya mangrove bagi kita

0 komentar



Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam yang memberikan banyak keuntungan bagi manusia, berjasa untuk produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya memelihara alam. Mangrove banyak memberikan fungsi ekologis dan karena itulah mangrove menjadi salah satu produsen utama perikanan laut.
Mangrove memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut, mangrove membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan mengrove kaya akan nutrien baik nutrien organik maupun anorganik. Dengan rata-rata produksi primer yang tinggi mangrove dapat menjaga keberlangsungan populasi ikan, kerang dan lainnya. Mangrove menyediakan tempat perkembangbiakan dan pembesaran bagi beberapa spesies hewan khususnya udang, sehingga biasa disebut “tidak ada mangrove tidak ada udang” (Macnae,1968).
Mangrove membantu dalam pengembangan dalam bidang sosial dan ekonomi masyarakat sekitar pantai dengan mensuplai benih untuk industri perikanan. Selain itu telah diketemukan bahwa tumbuhan mangrove mampu mengontrol aktivitas nyamuk, karena ekstrak yang dikeluarkan oleh tumbuhan mangrove mampu membunuh larva dari nyamuk Aedes aegypti (Thangam and Kathiresan,1989). Itulah fungsi dari hutan mangrove yang ada di India, fungsi-­fungsi tersebut tidak jauh berbeda dengan fungsi yang ada di Indonesia baik secara fisika kimia, biologi, maupun secara ekonomis.
Secara biologi fungsi dari pada hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan (nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosisitem mengrove, fungsi yang lain sebagai daerah mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana dari sana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memisah dan membesarkan anaknya. Selain itupun merupakan pemasok larva udang, ikan dan biota lainnya. (Claridge dan Burnett,1993)
Secara fisik mangrove berfungsi dalam peredam angin badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen.
Ekosistem mangrove mampu menghasilkan zat-zat nutrient (organik dan anorganik) yang mampu menyuburkan perairan laut. Selain itupun ekosisitem mangrove berperan dalam siklus karbon, nitrogen dan sulfur.
Secara ekonomi mangrove mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik itu penyediaan benih bagi industri perikanan, selain itu kayu dari tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan untuk sebagai kayu bakar, bahan kertas, bahan konstruksi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dan juga saat ini ekosistem mangrove sedang dikembangkan sebagai wahana untuk sarana rekreasi atau tempat pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan negara.
Ekosistem mangrove secara fisik maupun biologi berperan dalam menjaga ekosistem lain di sekitarnya, seperti padang lamun, terumbu karang, serta ekosistem pantai lainnya. Berbagai proses yang terjadi dalam ekosistem hutan mangrove saling terkait dan memberikan berbagai fungsi ekologis bagi lingkungan. Secara garis besar fungsi hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi :
1. Fungsi Fisik
Menjaga garis pantai
Mempercepat pembentukan lahan baru
Sebagai pelindung terhadap gelombang dan arus
Sebagai pelindung tepi sungai atau pantai
Mendaur ulang unsur-unsur hara penting
2. Fungsi Biologi -Nursery ground, feeding ground, spawning ground, bagi berbagai spesies udang, ikan, dan lainnya -Habitat berbagai kehidupan liar
3. Fungsi Ekonomi
Akuakultur
Rekreasi
Penghasil kayu
Hutan mangrove mempunyai manfaat ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan biologi di suatu perairan. Selain itu hutan mangrove merupakan suatu kawasan yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi. Tingginya produktivitas ini karena memperoleh bantuan energi berupa zat-zat makanan yang diangkut melalui gerakan pasang surut.
Keadaan ini menjadikan hutan mangrove memegang peranan penting bagi kehidupan biota seperti ikan, udang, moluska dan lainya. Selain itu hutan mangrove juga berperan sebagai pendaur zat hara, penyedia makanan, tempat memijah, berlindung dan tempat tumbuh.
Hutan mangrove sebagai pendaur zat hara, karena dapat memproduksi sejumlah besar bahan organik yang semula terdiri dari daun, ranting dan lainnya. Kemudian jatuh dan perlahan-lahan menjadi serasah dan akhirnya menjadi detritus. Proses ini berjalan lambat namun pasti dan terus menerus sehingga hasil proses pembusukan ini merupakan bahan suplai makanan biota air.
Turner (1975) menyatakan bahwa disamping fungsi hutan mangrove sebagai ‘waste land’ juga berfungsi sebagai kesatuan fungsi dari ekosistem estuari yang bersifat:
Sebagai daerah yang menyediakan habitat untuk ikan dan udang muda serta biota air lainnya dalam suatu daerah dangkal yang kaya akan makanan dengan predator yang sangat jarang.
Sebagai tumbuhan halofita, mangrove merupakan pusat penghisapan zat-zat hara dari dalam tanah, memberikan bahan organik pada ekosistem perairan. Merupakan proses yang penting dimana tumbuhan menjadi seimbang dengan tekanan garam di akar dan mengeluarkannya.
Hutan mangrove sebagai penghasil detritus atau bahan organik dalam jumlah yang besar dan bermanfaat bag! mikroba dan dapat langsung dimakan oleh biota yang lebih tinggi tingkat. Pentingnya ‘detritus food web’ ini diakui oleh para ahli dan sangat berguna dilingkungannya. Detritus mangrove menunjang populasi ikan setelah terbawa arus sepanjang pantai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, hutan mangrove memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan biota air dalam kesatuan fungsi ekosistem. Dengan bertambah luasnya hutan mangrove, cenderung semakin tinggi produktivitasnya. Hal ini telah dibuktikan oleh Martosubroto (1979) yaitu ada hubungan antara keUmpahan udang diperairan dengan luasnya hutan mangrove. Demikian pula hasil penelitian dari Djuwito (1985) terhadap struktur komunitas ikan di Segara Anakan memberikan indikasi bahwa perairan tersebut tingkat keanekaragamannya tinggi, dibandingkan dengan daerah Cibeureum yang dipengaruhi oleh sifat daratan. Tingginya keanekaragaman jenis ikan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor makanan dan faktor kompetisi.
Produksi primer bersih merupakan bagian dari produksi primer fotosintesis tumbuhan yang tersisa setelah beberapa bagian digunakan untuk respirasi tumbuhan yang bersangkutan. Fotosintesis dan respirasi adalah dua elemen pokok dari produksi primer bersih. Komponen-komponen produksi primer bersih adalah keseluruhan dari organ utama tumbuhan meliputi daun, batang dan akar. Selain itu, tumbuhan epfit seperti alga pada pneumatofor,dasar pohon dan permukaan tanah juga memberikan sumbangan kepada produksi primer bersih.
Clough (1986) menyatakan produksi primer bersih mangrove berupa mated yang tergabung dalam biomassa tumbuhan yang selanjutnya akan lepas sebagai serasah atau dikonsumsi oleh organisme heterotrof atau dapat juga dinyatakan sebagai akumulasi materi organik bam dalam jaringan tumbuhan sebagai kelebihan dari respirasi yang biasanya dinyatakan dalam berat kering materi organik.
Sebagai produser primer, mangrove memberikan sumbangan berarti terhadap produktivitas pada ekosistem estuari dan perairan pantai melalui siklus materi yang berdasarkan pada detritus atau serasah (Head, 1969 dalam Clough, 1982). Produktivitas merupakan faktor penting dari ekosistem mangrove dan produksi daun mangrove sebagai serasah dapat digunakan untuk menggambarkan produktivitas (Chapman, 1976).
Read full story

Reboisasi Mangrove Di Pesisir Lateng Banyuwangi ( Faperta UNTAG Banyuwangi, Minggu 10 Jan 2010 )

0 komentar


Libatkan Masyarakat dalam Reboisasi Mangrove di Pesisir lateng Banyuwangi
( Fakultas Pertanian Universitas 17 agustus 1945 Banyuwangi , Minggu 10 Januari 2010)


Masyarakat yang tinggal di sekitar pantai harus dilibatkan dalam program reboisasi hutan manggrove karena merekalah yang bersentuhan langsung dengan ekosistem itu.Kepala kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi mengatakan, " kerusakan hutan manggrove memiliki dampak yang dirasakan langsung masyarakat pesisir pantai , karena mangrove sangat berguna sebagai penangkal abrasi pantai ".Dampak itu antara lain berkurangnya hasil tangkapan nelayan seperti kepiting, udang, kerang dan ikan baik ukuran konsumsi maupun ukuran benih yang tentunya berdampak pula terhadap perekonomian masyarakat pantai. "Atas dasar itu masyarakat yang tinggal di sekitar pantai harus lebih dikedepankan peranannya dalam usaha reboisasi hutan manggrove," katanya.Selain itu, kata dia, masyarakat yang tinggal di pesisir pantai juga dapat mengawasi langsung dimana bibit manggrove yang tidak tumbuh dan langsung menggantinya dengan bibit baru.Dari 64.439 desa di Indonesia, terdapat sekitar 4.735 desa dikategorikan sebagai desa pantai dan diperkirakan sekitar 60 persen penduduk Indonesia bermukin di daerah pantai. "Jumlah ini tentunya sangat potensial untuk mendukung reboisasi hutan manggrove," katanya.
Atas dasar itulah tim pemberdayaan pesisir dan pantai Fakultas pertanian Universitas 17 Agustus 1945 mengadakan kegiatan reboisasi hutan mangrove di pesisir pantai lateng kabupaten Banyuwangi yang di ikuti oleh seluruh mahasiswa dan masyarakat setempat, kegiatan ini didukung penuh oleh pemerintah kabupaten banyuwangi .... ( Moh. Nur nawawi Mahasiswa Faperta / PSD. Perikanan , Minggu 10 Januari 2010 )
Read full story

Kamis, 07 Januari 2010

0 komentar

Potensi Perikanan Tangkap Indonesia Tinggal 20 Persen


Jakarta (ANTARA News) - Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mengungkapkan dari potensi perikanan tangkap Indonesia yang sebesar 6,2 juta ton, tinggal 20 persen yang bisa dimanfaatkan.

Dirjen Perikanan Tangkap DKP, Ali Supardan di Jakarta, Senin, mengatakan, dari potensi perikanan tangkap sebanyak itu telah dimanfaatkan sebesar 80 persen.

"Untuk itu dari sisa potensi perikanan tangkap yang tinggal sedikit tersebut maka DKP menerapkan kebijakan selektif dalam pemanfaatannya," katanya.

Di sela penjelasan rencana kegiatan Indonesia Sea Festival 2007 yang akan diselenggarakan di Jakarta, 21-25 November 2007 itu, Dirjen mengatakan, DKP tidak lagi membuka ijin baru penangkapan ikan di Indonesia.

Selain itu, tambahnya, pemerintah juga mewajibkan bagi perusahaan penangkapan ikan yang akan beroperasi di perairan Indonesia untuk mendirikan industri pengolahan ikan di tanah air.

Dengan demikian hasil tangkapannya tidak lagi dibawa keluar namun telah diolah di Indonesia dan diekspor dalam bentuk olahan sehingga memiliki nilai tambah dan mampu membuka lapangan kerja.

Sejak 2005 hingga 2007, DKP telah menghentikan ijin operasi kapal ikan asing dari negara Philipina, Thailand dan Cina diperiran Indonesia.

"Mereka sebenarnya telah telah mendesak pemerintah untuk membuka kembali ijin penangkapan ikan di Indonesia," katanya.

Namun demikian, lanjut Ali Supardan, paling tidak hingga akhir tahun ini pemerintah tidak akan memperpanjang ijin bagi kapal ikan asing beroperasi di perairan Indonesia.

Dia mengakui, dengan dihentikannya ijin operasi kapal ikan asing di Indonesia mengakibatkan penurunan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh DKP yang bersumber sedikitnya dari 700 kapal.

Menurut dia, pada tahun lalu DKP memperoleh pemasukan PNBP dari kapal asing sebanyak Rp250 miliar namun untuk 2007 ditargetkan hanya Rp200 miliar karena tidak ada lagi kapal asing yang beroperasi di Indonesia.

"Kami tidak yakin target PNBP Rp200 miliar dari ijin kapal ikan tersebut terpenuhi," katanya.

Namun demikian, pihaknya meyakini dengan kewajiban pengembangan industri pengolahan ikan di tanah air pemasukan yang diperoleh negara akan lebih tinggi dibanding PNBP.(*)
Read full story

DKP MELANGKAH WUJUDKAN “INDONESIA INCORPORATED” UNTUK TINGKATKAN DAYA SAING

0 komentar

DKP MELANGKAH WUJUDKAN “INDONESIA INCORPORATED” UNTUK TINGKATKAN DAYA SAING

Departemen Kelautan dan Perikanan hanya akan mengeluarkan izin operasi untuk kapal perikanan yang memiliki rekomendasi tertulis dari asosiasi atau organisasi di bidang perikanan. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Dirjen Perikanan Tangkap No.5364/2008 tentang Pemberian Rekomendasi dari Asosiasi atau Organisasi di Bidang Perikanan Tangkap Sebagai Persyaratan Perizinan Usaha Perikanan Tangkap yang diterbitkan pada 22 Desember 2008. Peraturan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alat pengawasan dalam manajemen penangkapan ikan dan pemberdayaan asosiasi perikanan.

Dalam peraturan tersebut, perusahaan diwajibkan: (1) menyertakan rekomendasi dari asosiasi atau organisasi yang telah terdaftar menjadi anggota Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (GAPPINDO) dan, (2) tercatat pada Ditjen Perikanan Tangkap karena sebelumnya telah mendaftarkan. Asosiasi baru dapat mengajukan pendaftaran ke Ditjen Perikanan Tangkap. Dengan adanya penerbitan peraturan ini, maka pengusaha kapal yang tidak memperoleh rekomendasi karena tidak bergabung dengan asosiasi atau organisasi dipastikan tidak bisa mendapatkan atau memperpanjang surat izin penangkapan ikan (SIPI) serta surat izin kapal pengangkutan ikan (SIKPI).

Dalam peraturan tersebut, asosiasi atau organisasi yang dibentuk setelah tanggal 31 Desember 2008 dapat mengajukan permohonan pendaftaran asosiasinya kepada Dirjen Perikanan Tangkap paling cepat 6 bulan setelah pendirian organisasi. Pengajuan pendaftaran asosiasi atau organisasi di bidang perikanan wajib disertai dokumen anggaran dasar dan rumah tangga yang disahkan notaris, bukti terdaftar pada departemen terkait, bukti anggota GAPPINDO, keterangan domisili dan struktur organisasi.

Penerbitan Peraturan ini diharapkan dapat mengoptimalkan organisasi perikanan melalui pembinaan kelembagaan, sehingga dapat memudahkan program pemerintah untuk pengembangan usaha perikanan tangkap. Menteri Kelautan dan Perikanan sebelumnya telah berulang kali menyerukan agar para perusahaan bergabung dalam asosiasi sehingga dapat memudahkan dalam proses pembangunan perikanan dan kelautan.

Hingga saat ini, GAPPINDO sebagai gabungan perusahaan perikanan Indonesia tercatat memiliki 11 (sebelas) asosiasi, yaitu: Himpunan Pengusaha Penangkapan Udang Indonesia (HPPI) memiliki anggota sebanyak 8 perusahan, Asosiasi Pengalengan Ikan (APIKI) memiliki anggota sebanyak 32 perusahaan, Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (ASBUMI) memiliki anggota sebanyak 38 perusahaan, Asosiasi Tuna Indonesia (ASTUIN) memiliki anggota sebanyak perusahaan, Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) memiliki anggota sebanyak 12 perusahaan, Asosiasi Pengusaha Pakan Udang Indonesia (AP2UI) memiliki anggota sebanyak 8 perusahaan, Asosiasi Pengusaha Kapal Pengangkut Ikan Indonesia (APKPII) memiliki anggota sebanyak 30 perusahaan, dan Paguyuban Nelayan ”Mina Sentosa” (PNMS) memiliki anggota sebanyak 27 perusahaan. Sedangkan Asosiasi pengusaha Ikan Non Tuna dan Non Udang Indonesia (ASPINTU), Asosiasi Pengusaha Pengolah Hasil Perikanan Indonesia (APEHAPI) dan Asosiasi Budidaya Udang dan Ikan Indonesia (ASBUDI) masih dalam proses pendataan para anggotanya.

Adanya ketentuan ini diharapkan tidak memiliki akses bertambah panjangnya rantai birokrasi. Hal yang seharusnya terjadi, dengan adanya kerjasama yang erat antara Pemenrintah dengan asosiasi perusahaan ini dapat meningkatkan “Indonesia Incorporated” yang menjadi prasyarat utama dalam persaingan global masa kini.
Read full story

Perikanan Budidaya optimis naik pesat

0 komentar


Produksi Perikanan Budidaya Optimis Naik 47%
Belajar dari negara-negara China yang telah berhasil memproduksi perikanan hasil budidaya, Vietnam sebagai pengekspor terbesar patin (catfish) ke Amerika dan pengekspor udang windu terbesar ke Jepang, dan Philipina sebagai penghasil sekaligus pengekspor terbesar rumput laut, kini saatnya Negara Indonesia mengejar ketertinggalan tersebut.

Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar. Apabila dimanfaatkan bukan tidak mungkin akan menjadi salah satu negara pemain utama dunia produk-produk perikanan sekaligus dalam rangka mendukung pencapaian visi pembangunan ekonomi Indonesia 2030 sebagai lima besar kekuatan ekonomi dunia.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya – DKP menempuh 3 (tiga) kebijakan pengembangan yaitu Pengembangan produksi budidaya untuk peningkatan ekspor; dengan fokus peningkatan daya saing melalui pengembangan dan penerapan teknologi yang super efisien dan ramah lingkungan. Pengembangan produksi budidaya untuk peningkatan konsumsi ikan dalam negeri; dengan fokus peningkatan dan penguatan komoditas spesifik daerah dan pengembangan kolam pekarangan masyarakat.
Pengendalian pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya; dengan fokus peningkatan kepedulian masyarakat pembudidaya ikan dalam pelestarian ekosistem sumberdaya perikanan budidaya. Hal tersebut diungkapkan Dirjenkan Perikanan Budidaya dalam acara Temu Koordinasi Pemantapan Pelaksanaan Pembangunan Perikanan Budidaya TA. 2008 di Bandung Februari lalu.
Terkait dengan hal tersebut, maka APBN TA 2008 lebih diarahkan untuk beberapa program penting. Pertama, pengembangan kawasan budidaya, dengan kegiatan pokok pengembangan budidaya ikan komoditas ekspor dan konsumsi dalam negeri. Kedua, yakni perbaikan jaringan penyediaan benih bermutu dengan kegiatan pokok pembinaan dan pengembangan penerapan Cara Berbudidaya Ikan yang Baik (CBIB). Ketiga untuk pembinaan dan pengawasan penerapan sistem mutu budidaya melalui pengawasan penerapan CBIB, pemantauan peredaran mutu pakan dan benih, serta pemantauan peredaran obat ikan. Keempat, untuk memantau pencemaran lingkungan dan kesehatan ikan. Dan kelima untuk penguatan sarana dan prasarana fisik kawasan dengan kegiatan pokok pembangunan/rehabilitasi prasarana fisik kawasan.
Pelaksanaan berbagai kegiatan prioritas tersebut diharapkan dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya kawasan budidaya laut, payau dan air tawar dalam rangka menegakkan tiga pilar pembangunan, yakni pro-job, pro-poor dan pro-growth.
Menurut Dirjenkan Budidaya, Made L Nurdjana untuk ke depan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya akan terus mengembangkan perikanan budidaya skala kecil yang menyerap tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Mengembangkan perikanan budidaya yang berdaya saing, ramah lingkungan berkelanjutan, dan melaksanakan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya serta rehabilitasi sumberdaya yang mengalami kerusakan.
Dengan mengangkat tema pertemuan: ”Menggalang Komitmen dalam Mencapai Keberhasilan Revitalisasi Perikanan Budidaya”, Dirjen Perikanan Budidaya optimis sasaran produksi perikanan budidaya dalam tahun 2009 diproyeksikan sebesar 7,394 juta ton atau naik 47,36 % dari target produksi tahun 2008. Untuk mencapai sasaran produksi tersebut akan ditempuh melalui pelaksanaan program utama, yaitu : PROPEKAN, PROKSIMAS dan PROLINDA dengan berbagai kegiatan prioritas.
Tahun 2009, untuk komoditas ekspor (PROPEKAN) Direktorat Jenderal Perikanan akan memprioritaskan pengembangan kawasan budidaya, yang mencakup kawasan budidaya rumput laut, kerapu, kakap putih, abalone, lobster, udang, artemia, bandeng, nila, patin, lele, dan gurame, serta komoditas baru yakni Ganggang Merah (Rhodophyceae) untuk menghasilkan pulp (bubur kertas), sidat, dan mutiara. Untuk konsumsi dalam negeri (PROKSIMAS) prioritas komoditas yang dikembangkan meliputi kekerangan, bandeng dan ikan lokal, sedangkan pengembangan komoditas PROLINDA ditujukan untuk penyeimbangan ekosistem perairan umum.
Temu koordinasi tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas bersama Kepala Sub Dinas Program dan Kepala Sub Dinas yang membidangi perikanan budidaya dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi, para Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten/Kota atau Pejabat Dinas yang membidangi perikanan budidaya dari lokasi penerima Dana Tugas Perbantuan, para Kepala UPT Pusat Ditjen Perikanan Budidaya dari seluruh Indonesia, serta para Pakar yang tergabung dalam SATGAS Revitalisasi Perikanan Budidaya dan SATGAS Perbenihan. Selain itu, pertemuan ini juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan (P2HP) yang menyampaikan kebijakan Ditjen P2HP dalam memperluas pasar bagi produk perikanan budidaya. Kemudian diikuti dengan pemaparan oleh Direktur Utama ASKRINDO yang lebih banyak membahas Dukungan Penguatan Modal Usaha Skala Kecil, dan pemaparan dari Direktorat Jenderal Sumberdaya Air (Departemen PU) yang membahas Peran Departemen Pekerjaan Umum dalam mendukung penyediaan air bagi kegiatan usaha perikanan budidaya.
Read full story
 

BANANAS FOUNDATIONS © 2008 Business Ads Ready is Designed by Ipiet Supported by Tadpole's Notez