SELAMAT DATANG DI BANANAS FOUNDATIONS BLOG

Wahana berbagi ide dan aspirasi guna mewujudkan solidaritas masyarakat dengan stabilitas ekonomi dan senyum karakteristik sesama

Biografi Penulis

Foto saya
Kami adalah bagian dari masyarakat , kami hadir untuk masyarakat, edukasi,inovasi dan sebagainya kami berusaha lebih dekat dengan masyarakat. kaami hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti Edukasi, Food , consultant, dll

Kamis, 18 Februari 2010

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI PERIKANAN MUNCAR BANYUWANGI

0 komentar

”Produksi Bersih adalah sebuah upaya penanganan limbah yang tidak berdasarkan sistem konvensional end of pipe namun penanganan limbah yang dilakukan dari sumber atau proses awal. Pendekatan konsep Non Product Output (NPO) dan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara partisipatif interaktif, yaitu mengajak pelaku industri untuk melihat limbah maupun potensi limbah yang mereka hasilkan dari sudut pandang yang berbeda”, demikian dikatakan Wiharja Staf Peneliti Lingkungan dari Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) BPPT saat berbicara di depan para peserta pelatihan tentang Produksi Bersih yang berlangsung di Kawasan Muncar, Banyuwangi beberapa waktu yang lalu. Menurut Wiharja, kegiatan yang dilakukan secara partisipatif dapat mendorong para pelaku industri untuk aktif mengikuti sosialisasi dan pelatihan serta menjadi tuan rumah peninjauan proses industri.

Sosialisasi dan pelatihan tentang Produksi Bersih tersebut diselenggarakan oleh PTL BPPT bekerjasama dengan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur berlangsung pada 20 hingga 22 Oktober 2009 yang lalu di Kawasan Klaster Industri Perikanan Muncar, Banyuwangi. Kegiatan ini merupakan realisasi kerjasama BPPT dengan Departemen Pendidikan Nasional sebagai penyedia dana serta dilaksanakan dalam rangka upaya penanggulangan pencemaran limbah industri perikanan Muncar.

Kawasan Muncar yang berlokasi di sekitar perairan Selat Bali, Banyuwangi mengemuka sebagai daerah penghasil ikan dan industri pengolahan hasil ikan. Berbagai industri pengolahan ikan dalam skala industri besar, industri kecil maupun dalam skala industri rumah tangga telah berkembang dan sudah menjadi ciri khas daerah ini antara lain industri minyak ikan, industri pengalengan ikan, industri pemindangan ikan, industri tepung ikan dan industri pengolahan ikan lainnya.

Pada kesempatan yang sama, Lestario Widodo Staf Peneliti PTL BPPT mengatakan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri yang secara tidak langsung mengurangi jumlah keluaran limbah. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah rencana tindak (action plan) secara partisipatif dari percontohan lima industri besar di Muncar yang melakukan tindakan efisiensi diantaranya berupa efisiensi penggunaan air bersih, efisiensi bahan baku ikan dan efisiensi ceceran bahan baku tahap proses. Diharapkan dari pelaksanaan rencana tindak ini secara bertahap akan membantu penanggulangan pencemaran limbah industri perikanan di Muncar.

PTL BPPT merupakan anggota Pokja Penanggulangan Pencemaran Limbah Industri Perikanan, yang dibentuk bersama oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Departemen Perindustrian, Dinas Kelautan dan Perikanan, BPPT, Kementerian KUKM, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi.

Kegiatan sosialisasi dan pelatihan Produksi Bersih ini diikuti oleh perwakilan dari enam instansi tersebut serta 26 industri yang terdiri dari Ketua Asosiasi Industri Perikanan Muncar serta perwakilan dari empat asosiasi industri perikanan Muncar (asosiasi pengalengan ikan, asosiasi penepungan ikan, asosiasi pembuatan minyak ikan dan asosiasi cold storage).

Acara diawali dengan sosialisasi yang ditujukan untuk pengenalan konsep dan metode Produksi Bersih untuk instansi pemda dan pelaku industri bertempat di Kantor Pemda Kabupaten Banyuwangi, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan bagi instansi pemerintah dan pelaku industri bertempat di PT Avila, Muncar. Usai pelatihan, dilanjutkan peninjauan ke lapangan guna melihat proses industri perikanan untuk identifikasi potensi penerapan Produksi Bersih. Tinjauan lapangan dilakukan pada lima industri besar di Muncar yaitu PT Avila Prima Intra Makmur (pengalengan, penepungan dan minyak ikan), PT Sari Laut Jaya (penepungan ikan), PT Indo Jaya Pratama (pengalengan dan penepungan ikan), PT Sumber Yala Samudera (pengalengan dan penepungan ikan) serta CV Biji Sesawi (penepungan ikan).

Hasil yang telah dicapai melalui pelaksanaan Produksi Bersih dengan metode partisipatif yang dikembangkan pada kegiatan ini membuka peluang untuk direplikasi pada klaster maupun kawasan industri lainnya dengan jenis produksi yang berbeda dalam rangka pemanfaatan sumberdaya secara efisien, minimalisasi limbah, penanggulangan pencemaran akibat limbah dan perbaikan serta peningkatan kualitas lingkungan, khususnya sekitar klaster atau kawasan industri.

Kepala Lingkungan Hidup Banyuwangi Dewa Made Wicaksana yang hadir pada acara tersebut mengatakan, ”Kami sangat mendukung kegiatan Produki Bersih yang diterapkan di Muncar Banyuwangi sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunan daerah Banyuwangi”.( www.bppt.go.id )< read more >
Read full story

Rabu, 10 Februari 2010

BUDIDAYA IKAN NILA

0 komentar

Ikan Nila adalah ikan dengan pertumbuhan paling cepat dibandingkan ikan lain. Ikan nilan dapat tumbuh sampai 1 kg per ekornya dengan rasa dagingnya yang luar biasa enak. Ikan nila merupakan ikan favorit bagi para peternak ikan karena nilai jualnya yang tinggi sekaligus pertumbuhannya yang pesat menyebabkan waktu panen yang lebih pendek. Ikan nila juga mudah sekali pembudidayaannya, bahkan ikan ini dapat dibudidayakan dengan berbagai macam cara menggunakan kolam, jarring apung , atau karamba, di sawah, bahkan di kolam yang berair payau ikan ini mampu tumbuh dan berkembang.

cara budidaya ikan nila
Sejarah Ikan Nila
Ikan ini pertama kali dibawa dari Taiwan ke Bogor yakni di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. setelah diteliti ikan nila desebarkan ke berbagai daerah perikanan dan diberi nama sesuai dengan nama latinnya yakni Nilotica. Dimana nama ini menunjukkan daerah asal ikan ini yakni sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda dan mereka selama bertahun – tahun habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan ke hilir sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir.Ikan ini dengan bantuan dari manusia sekarang sudah tersebar sampai ke lima benua. Meskipun habitatnya yang disukai adalah daerah tropis dan hangat.
Habitat ikan Nila
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu 14 – 38 derajat celcius. Dengan suhu terbaik adalah 25 – 30 derajat. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik.
Perkembangbiakan
Ikan nila dapat mencapai saat dewasa pada umur 4 – 5 bulan dan ia akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5 – 2 tahun. Pada saat ia berumur lebih dari 1 tahun kira – kira beratnya mencapai 800g dan saat ini ia bisa mengeluarkan 1200 – 1500 larva setiap kali ia memijah. Dan dapat berlangsung selama 6 – 7 kali dalam setahun. Sebelum memijah ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan dan daerahnya akan ia jaga dan merupakan daerah teritorialnya sendiri. Ikan Nila jantan menjadi agresif saat musim ini
Kebiasaan makan ikan Nila
Ikan nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau Omnivora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Ikan nila saat ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika ia sudah dewasa ia mampu diberi makanan tambahan seperti pelet dan berbagai makanan lain yaitu daun talas.
Hal yang harus anda ketahui untuk memelihara ikan nila adalah : pertumbuhan dari ikan ini sangat bergantung dari pengaruh fisika dan kimia serta interaksinya. Pada saat curah hujan yang tinggi misalnya pertumbuhan berbagai tanaman air akan berkurang sehingga mengganggu pertumbuhan air dan secara tidak langsung mengganggu pertumbuhan ikan nila. Ikan nila juga akan lebih cepar tumbuhnya jika dipelihara di kolam yang dangkal airnya, karena di kolam dangkal pertumbuhan tanaman dan ganggang lebih cepat dibandingkan di kolam yang dalam. Ada yang lain yaitu kolam yang pada saat pembuatannya menggunakan pupuk organic atau pupuk kandang juga akan membuat pertumbuhan tanaman air lebih baik dan ikan nila juga akan lebih pesat pertumbuhannya.
Ikan nila jantan juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang betina. Ikan jantan memiliki pertumbuhan 40% lebih cepat dibandingkan dengan yang betina. Terlebih jika dipelihara dalam kolam yang dibedakan. Atau monosex
Prospek pasar
Jika anda tertarik untuk memelihara ikan nila sebagai species pilihan maka memang betul sekali pilihan anda. Minat pasar untuk ikan nila masih sangat lebar, mulai dari nila yang stadium bibit sampai ikan nila yang di kategorikan sebagai ikan konsumsi semua pasar tersebut masih sangat memungkinkan dimasuki. Karena termasuk ikan konsumsi dengan harga yang cukup terjangkau pasar.
Jenis ikan nila yang menjadi target pasar dalam negri adalah jenis ikan nila lokal dimana anda bisa mensuply ikan anda ke berbai kolam pemancingan dan juga aneka rumah makan, sementara untuk pangsa ekspor anda sebaiknya memilih ikan nila merah dan ikan nila gift, yang tentu saja harganya pasti akan lebih mahal dibandingkan ikan nila biasa. Kualitas daging dan ukuran tubuh menjadi tuntutan bagi para peternak untuk mengekspor produknya. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah berat tubuh minimal 500g per ekornya dengan kualitas no 1. dan tujuan ekspornya adalah Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Amerika Serikat serta beberapa negara di Eropa.
Read full story

Senin, 08 Februari 2010

kecepatan kapal

0 komentar


Kecepatan : Salah Satu Karakteristik Kapal
Kecepatan aman, itulah yang pernah dihayati dan selalu terngiang teman-teman sejawat selaku navigator. Kecepatan merupakan salah satu karakteristik kapal disamping kemampuan olah gerak, ketahanan, jangkauan navigasi, konstruksi, fasilitas penanganan dan mesin penangkapan, jika dalam konteks kapal perikanan. Kecepatan banyak disinggung dalam proses desain namun dalam proses ini banyak faktor masih dalam perhitungan statis, sedangkan kapal akan berinteraksi dengan lingkungan perairan yang dinamis. Dengan demikian banyak aspek mempengaruhi kecepatan, baik internal maupun eksternal kapal. Metode yang dipakai dalam menentukan kecepatan melalui perhitungan, tes model dan percobaan skala sesungguhnya.

KECEPATAN KAPALKecepatan kapal umumnya diperhitungkan oleh galangan dari pengalaman pembuatan kapal sejenis dan dukungan beberapa elemen lain seperti dimensi utama, benaman, koefisien bentuk dan daya mesin.Laju kapal pada kecepatan tertentu akan mengalami tahanan yang harus diatasi oleh sistem propulsi kapal. Upaya untuk meningkatkan kecepatan harus mengurangi hal yang menjadi tahanannya, misalnya tahanan gesek, tahanan gelombang yang terbentuk karena kecepatan kapal dan hidrodinamika yang berhubungan dengan bangunan kapal. Oleh karenanya untuk mencakup karakteristik yang komplek dibuat bentuk lambung kapal yang disebut displacement hulls dan plan hulls.Displacement hulls mempunyai beberapa keterbatasan antara lain dalam penerapan rasio panjang-kecepatan. Nilai rasio ini sampai 1,4 dan jika dikehendaki kecepatan lebih besar lagi diperlukan tenaga tambahan untuk mengatasinya dan perlu dukungan hidrodinamika terhadap lambung kapal. Sebaliknya plan hulls dirancang untuk menunjang dinamika kecepatan tinggi dengan salah satu cara adalah bagian lambung bawah air berbentuk V dari transom sampai bagian tengah kapal.TEKNOLOGITeknologi kapal didukung oleh empat unsur yaitu teknologi perancangan, konstruksi, perlengkapan dan perawatan. Keempat unsur tersebut berkaitan dengan kecepatan kapal yang akan terkait secara langsung maupun tidak langsung.Dimensi utama kapal ditentukan oleh masukan dari kapal sejenis yang telah ada, jumlah dan jenis barang yang diangkut, rasio dimensi kapal, daerah pelayaran dan sebagainya sehingga tenaga penggerak dapat mencapai kecepatan tertentu yang diinginkan. Dimensi utama kapal diperhitungkan dengan seksama karena menentukan kemampuan suatu kapal. Rasio diantara dimensi utama kapal berpengaruh terhadap kemampuan laju, stabilitas dan kemampuan propulsi.Demikian juga pemilihan dan perhitungan yang memadai tentang bahan, kapasitas, metoda penangkapan, instalasi ruang mesin dan rencana permesinan untuk penanganan sesuai dengan "perkembangan teknologi akan berpengaruh terhadap perhitungan kekuatan dan kecepatan kapal. Dalam kaitan tersebut dapat ditentukan juga bentuk bagian bawah kapal yang berpengaruh terhadap tahanan, hidrodinamika dan karakteristik propeler yang berpengaruh terhadap propulsi.Semua yang tercakup dalam sifat struktural semua bagian kapal disebut konstruksi dan merupakan tahap lanjut perancangan. Bahan pembuatan kapal merupakan faktor penting yang mempengaruhi desain. Bahan tersebut dapat berupa kayu, FRP, ferro cement, besi dan aluminium.Berdasarkan perbandingan perhitungan berat kapal sejenis, umumnya kayu lebih ringan dari besi tetapi diperlukan badan kapal yang lebih besar untuk kapasitas yang sama dibandingkan besi karena kayu mempunyai ketebalan lebih untuk konstruksi. Tetapi hal tersebut dipengaruhi oleh sifat mekanis kayu yang akan mempengaruhi fisik kayu meliputi penyusutan dan berat jenis.Ferro cement (15% lebih berat dibandingkan kayu) lebih berat dari besi memiliki berat keseluruhan yang lebih besar meskipun dimensi badan kapal dapat lebih kecil untuk kapasitas sama. Contoh lain adalah aluminium (25-32% lebih ringan dari kayu) yang dapat menghemat berat 30% dibandingkan besi, sehingga keuntungan ini dapat meningkatkan kapasitas dan operasional.Sistem perlengkapan kapal antara lain adalah sistem propulsi, navigasi, telekomunikasi dan peralatan bongkar muat. Pemilihan dan perlakuan sistem tersebut memerlukan perhatian seksama karena akan berpengaruh terhadap berat kapal dan selanjutnya berpengaruh terhadap kecepatan kapal.Perawatan kapal telah dicakup dalam plant-maintenance system setiap kapal. Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah bagian badan bawah air yang mempengaruhi tahanan yang bervariasi sesuai dengan keadaan bagian tersebut dan berhubungan dengan lapis lindung yang dipergunakan.INTERNALDimensi utama kapal adalah panjang, lebar, dalam dan draft. Panjang (L) yang dimaksud umumnya panjang garis air diantara perpendicular (depan-belakang), lebar (B) adalah jarak horisontal pada lebar terlebar, dalam (D) adalah jarak vertikal dari garis dasar ke dek lambung timbul di bagian tengah kapal dan sarat (d) adalah jarak vertikal dari garis dasar ke garis air. Dimensi ini merupakan elemen penting untuk menentukan kapasitas kapal.Pengaruh dimensi utama adalah tahanan yang terjadi karena struktur badan kapal diatas air dan rasio antara dimensi tersebut yang mempengaruhi stabilitas dan kemampuan olah gerak sehingga akan mempengaruhi kecepatan yang dihasilkan. Rasio L/B berpengaruh terhadap tahanan propulsi sehingga jika nilai ini mengecil berpengaruh buruk terhadap kecepatan kapal. Rasio B/D berpengaruh terhadap stabilitas kapal namun membesarnya nilai ini mengakibatkan kemampuan propulsi menurun dan kecepatan kapal menurun pula.Bentuk badan kapal menentukan kapasitas muat, keamanan dan stabilitas, kenyamanan, dan kecepatan yang dapat dicapai. Rasio antara dimensi utama tidak menggambarkan bentuk badan kapal karena dimensi tersebut merupakan dimensi dari kapal yang diasumsikan berbentuk kotak. Sementara untuk bentuk kapal digambarkan oleh beberapa koefisien utama yang berhubungan dengan fenomena hidrodinamika.Koefisien blok (antara 0,400-0,780) adalah rasio antara volume benaman terhadap bentuk persegi panjang yang membatasi bentuk kapal sebatas garis air. Koefisien tersebut menunjukkan kurus atau gemuknya kapal (tipe fair, good atau fine). Koefisien garis air menunjukkan proporsi bidang datar pada garis air terhadap bidang persegi panjang yang membatasi bentuk kapal pada garis air. Koefisien tengah kapal (antara 0,722-0,980) adalah rasio luas antara bagian melintang tengah kapal terhadap bidang persegi panjang yang membatasi bentuk kapal pada bidang tengah tersebut. Koefisien prismatik (antara 0,554-0,788) menunjukkan distribusi benaman pada arah memanjang kapal atau rasio antara koefisien blok dengan koefisien tengah kapal.Kemampuan mesin kapal untuk menggerakkan kapal dengan kecepatan yang diinginkan disebut daya mesin. Sedangkan daya mesin tersebut ada dua jenis yaitu daya kontinyu dan daya maksimum. Daya kontinyu untuk mencapai kecepatan servis dan daya maksimum untuk mencapai kecepatan maksimum atau kecepatan percobaan.Terdapat beberapa istilah horse power sebagai daya mesin dikenal di kapal yaitu IHP, BHP, SHP atau DHP atau PHP dan EHP. IHP ditentukan dari tekanan di dalam silinder atau diperhitungkan dari diagram mesin. BHP merupakan tenaga yang dibutuhkan untuk memutar poros dan nilainya lebih kecil dari IHP karena adanya kehilangan tenaga didalam silinder. SHP ditentukan dari torsi pada poros dan EHP merupakan tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan kapal.Adapun tipe perangkat propulsi atau jenis propeler yang digunakan adalah screw propeller terdiri dari: fixed pitch, controllable pitch dan contra-rotating; jet propellers terdiri dari jet air melalui nosel di dalam air dan di permukaan air dan vertical axis propellers terdiri dari Kirsten-Boeing dan Voith-Schneider.EKSTERNALSelama proses desain sebagian konsep berdasarkan perhitungan statis sedangkan lingkungan operasional kapal adalah permukaan laut yang selalu bergerak. Perpaduan antara lingkungan tersebut dan kebutuhan mobilitas yang memadai dituntut suatu konstruksi yang aman, ekonomis pada beberapa tingkat gerakan/goyangan kapal di laut. Gerakan yang dimaksud adalah pith, roll, heave, yaw, sway dan surge.Ilustrasinya adalah jika ditarik garis semu membelah kapal simetris memanjang (XX'), membelah melintang (YY') dan garis tegak melalui bagian tengah kapal (ZZ'), maka pitch adalah gerakan naik-turun melintang sumbu YY'. Besarnya periode pitching secara alami adalah antara 0,3-0,6 periode rolling.Roll adalah gerakan naik-turun melintang sumbu XX'. Besarnya periode rolling adalah T = CB / 4GM. C adalah konstanta yang tergantung pada kapal dan muatannya (antara 0,42-0,45 untuk kapal besar), B adalah lebar dalam kaki dan GM adalah jarak metacentre terhadap titik berat.Heave adalah gerakan tegak naik-turun pada sumbu ZZ'. Periode heaving diperhitungkan bedasarkan gaya gravitasi, TPI dan sarat. Heaving dan pitching pada umumnya berhubungan dan hal ini sukar untuk digambarkan sebagai fenomena tunggal, belum lagi adanya pengaruh rolling, yawing, swaying dan surging bersama-sama.Yaw adalah gerakan kesamping disekitar sumbu ZZ'. Salah satu sebab gerakan ini adalah tekanan berbeda pada badan kapal, misalnya karena profil gelombang di lambung kiri dan kanan. Sway adalah gerakan kesamping kearah lambung kanan dan lambung kiri kapal sepanjang sumbu YY' dan surge adalah gerakan maju dan mundur sepanjang sumbu XX' karena pengaruh kecepatan dan lintasan propeler. Gerakan diatas dapat terjadi bersama atau beberapa gerakan saja dalam waktu singkat atau saling tumpang tindih menjadi gerakan yang komplek.Angin dan arus adalah faktor luar yang mempengaruhi kecepatan kapal, meskipun pengaruh angin lebih besar daripada pengaruh arus kecuali pada perairan tertentu. Bersamaan dengan angin adalah ombak yang didukung tinggi dan panjangnya oleh angin. Pengaruh angin terhadap kapal tergantung pada bidang kapal diatas air dan arah datang air.Ombak mempengaruhi kecepatan kapal pada saat kapal pitching dan rolling. Selain itu efisiensi kemudi dan propeler juga berkurang karena perlawanan ombak yang tidak merata pada badan kapal.
Read full story

INSTRUMENT PENINGKATAN KESELAMATAN KAPAL PENANGKAP IKAN

0 komentar



Instrumen untuk Meningkatkan Keselamatan Kapal Penangkap Ikan: Torremolinos Protocol dan STCW-F Conv

Telah menjadi pemahaman umum bahwa penangkapan ikan merupakan salah satu pekerjaan berbahaya di dunia. Hal ini sebagaimana statistik IMO, ILO dan FAO yang menyatakan bahwa 7% kecelakaan fatal terjadi di industri penangkapan ikan dan setiap tahun terjadi sekitar 24 ribu kecelakaan fatal. Selanjutnya 80% kecelakaan kapal disebabkan oleh kesalahan manusia dan kesalahan ini sebagai hasil dari kurangnya kualitas manajemen.Berkaitan dengan hal ini perlu pertimbangan untuk mencermati isu tersebut, seperti awak kapal harus berkecukupan dalam pendidikan dan pelatihan serta kompeten sejalan dengan aturan yang berlaku dan kondisi yang disepakati, prosedur dan sistem di kapal penangkap ikan harus dikelola dengan baik guna mencapai produksi yang diinginkan, dan semua bagian kapal harus dirawat dan dioperasikan sesuai dengan kapasitasnya. Bagaimanapun, solusi untuk meningkatkan keselamatan kapal akan linier dengan manajemen berorientasi keselamatan, kompetensi awak kapal dan kelaikan kapal.
Kelaikan kapal penangkap ikan merupakan yang penting namun perlu untuk membuat standar disain, metode konstruksi dan bahan, maupun perlengkapan kapal yang memadai. Hal ini harus didukung oleh standar inspeksi dan perawatan atau dengan kata lain perlu sistem aturan keselamatan. Standar yang dapat diadopsi secara universal untuk hal diatas adalah konvensi safety of fishing vessel Torremolinos dengan protokol 1993 (SFV Protocol 1993).Sebagaimana standar kapal, disisi lain diperlukan juga standar kualifikasi dan sertifikasi bagi awak kapal penangkap ikan mengingat industri penangkapan ikan beroperasi di laut lepas dan berinteraksi dengan industri maritim lainnya secara global. Standar dimaksud adalah standard of training certification and watchkeeping for fishing vessel personnel (STCW-F 1995). Konvensi Torremolinos 1977 dan Protokol 1993 (1993 Torremolinos Protocol)Konferensi internasional tentang keselamatan kapal penangkap ikan yang pertama dilaksanakan di Torremolinos telah menghasilkan Torremolinos Convention (1977) yakni rejim keselamatan kapal penangkap ikan berukuran 24 meter atau lebih. Konvensi ini menekankan pada standar konstruksi dan perlengkapan terkait dengan keselamatan sebagaimana konvensi safety of life at sea (SOLAS).Tahun 1993 tanggal 2 April diadopsi protokol terhadap konvensi Torremolinos guna memperbarui serta mengamandemen konvensi 1977 dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi serta pendekatan pragmatis dalam rangka menghimbau untuk ratifikasi konvensi tersebut. Cakupan protokol dimaksud terdiri atas 10 bab antara lain adalah konstruksi, stabilitas, permesinan, pemadaman kebakaran, perlindungan awak kapal, perlengkapan keselamatan, prosedur darurat, komunikasi radio, sertifikasi kapal dan port state control (PSC). Dalam beberapa bab cakupan ditujukan untuk kapal dengan panjang 45 meter atau lebih. Sedang untuk kapal penangkap ikan dengan panjang 12 meter hingga kurang dari 24 meter dapat mengacu pada the FAO/ILO/IMO voluntary guidelines for the design, construction and equipment of small fishing vessel 2005.Tindak lanjut protokol diawali dengan conference on the SFV operating in the East and South-east Asia region tahun 1997 di Tokyo. Disini diadopsi standar regional (5 bab dari 10 bab protokol) untuk kapal penangkap ikan dengan panjang 24 meter atau lebih meter namun kurang dari 45 meter.Protokol akan diberlakukan setelah 1 tahun diterima 15 negara dengan jumlah armada kapal penangkap ikan dengan panjang 24 meter atau lebih sebanyak 14 ribu unit. Terhitung 2 Oktober 2009 baru 17 negara meratifikasi protokol ini.Konvensi STCW-F 1995 (1995 STCW-F Convention)Kovensi STCW-F 1995 melengkapi protokol Torremolinos dalam kerangka pelatihan dan sertifikasi awak kapal penangkap ikan. Konvensi ini ditujukan terhadap standar pelatihan dan sertifikasi nakhoda dan petugas jaga pada kapal penangkap ikan dengan panjang 24 meter atau lebih, kepala kamar mesin dan masinis pada kapal dengan tenaga 750kW atau lebih serta awak kapal yang bertanggungjawab terhadap komunikasi radio. Demikian juga mengenai basic safety training (BST) bagi semua awak kapal.STCW-F 1995 diadopsi 7 Juli 1995 dan akan diberlakukan 1 tahun setelah diterima oleh 15 negara. Saat ini terhitung 2 Oktober 2009 baru 13 negara yang meratifikasi konvensi tersebut.
Panduan Pelatihan dan SertifikasiDocument for guidance on training and certification of fishing vessel personnel direvisi tahun 2001 mengkombinasikan konvensi dan rekomendasi dari ILOdan IMO disamping pengalaman FAO dibidang pelatihan.Dokumen ini memberikan kerangka sistem pelatihan sesuai dengan ukuran kapal penangkap ikan dan kondisi perikanan. Kerangka sistem tersebut mencakup metode pelatihan dan asesmen, isi dan durasi program pelatihan, kompetensi yang dinilai, persyaratan dan kualifikasi pendidik. Disini diberikan tekanan terhadap keberlanjutan (FAO code of conduct), manajemen fatik, dan keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan.Kondisi umumKonsep competency-based training sudah diterapkan di banyak institusi pendidikan dan pelatihan di banyak negara. Peruntukan protokol dan konvensi tersebut untuk kapal penangkap ikan dengan ukuran panjang lebih besar dari 24 meter, perlu dibarengi dengan aturan nasional untuk mengaplikasikan kedua instrumen internasional tersebut terhadap kapal yang berukuran lebih kecil.Industri penangkapan ikan dan negara perlu menyadari dan paham mengenai ketentuan dalam kedua instrumen internasional tersebut guna tindak lanjut mempersiapkan ratifikasi. Bagaimanapun untuk menuju pada lingkungan kerja awak kapal yang aman, pilihan tempat kerja yang lebih luas dan keberlanjutan mata pencaharian awak kapal penangkap ikan akan berkonsekensi terhadap biaya yang muncul pada industri penangkapan ikan (meningkatkan sistem keselamatan), institusi pendidikan dan pelatihan (aplikasi lebih luas pelatihan basis kompetensi serta asesmen) serta administrator maritim (sertifikasi dan survei).PenutupSemestinya keselamatan dikelola sebagaimana bisnis, bukan hanya untuk menghindari atau mengurangi kecelakaan namun lebih sebagai indikator kesuksesan. Memang hal ini perlu komitmen manajer dan merubah sikap semua pemangku kepentingan. Sehingga akan menjadi budaya to do the right thing at the right time in reponse to normal and emergency situations.Bagaimana dengan kita sebagai salah satu pemangku kepentingan? Ayo bersama menyamakan pemahaman, setidaknya pada terbitan diatas yakni 1993 Torremolinos Protocol, 1995 STCW-F dan tentunya juga FAO/ILO/IMO Document for Guidance, dan tentunya selanjutnya harus ada regulasi untuk ini semua yang disokong administrator kapal penangkap ikan maupun sumber daya manusia.
Read full story

Rabu, 03 Februari 2010

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TUNA ( Thunnus sp. )

0 komentar





Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Tuna merupakan ikan perenang cepat yang bergerombol. Oleh karena itu, alat penangkap ikan yang digunakan haruslah yang sesuai dengan perilaku ikan tersebut. Ada lima macam alat penangkap tuna, yaitu rawai tuna, huhate, handline. pukat cincin, dan jaring insang.

Rawai tuna (tuna longllne)
Rawai tuna atau tuna longline adalah alat penangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu tuna longliner biasanya mengoperasikan 1.000 - 2.000 mata pancing untuk sekali turun.

Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan. sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.

Umpan longline harus bersifat atraktif. misalnya sisik ikan mengkilat, tahan di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decopterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan bandeng (Chanos chanos).

Huhate (pole and line)
Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Tak heran jika alat ini sering disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif. Kapal akan mengejar gerombolan ikan. Setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal, lalu diadakan pemancingan.

Terdapat beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air.

Pemancingan dilakukan serempak oleh seluruh pemancing. Pemancing duduk di sekeliling kapal dengan pembagian kelompok berdasarkan keterampilan memancing.

Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan mengangkat mata pancing berikan sebesar 50-60 ekor per menit. Pemaneing I diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap.

Pemancing II diberi posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal. Sedangkan pemancing III berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.

Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus spp.).

Pancing ulur (handline)
Handline atau pancing ulur dioperasikan pada siang hari. Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon sebagai alat pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal, masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing. Umpan yang digunakan adalah ikan segar yang dipotong-potong. Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.).

Pukat cincin (purse seine)
Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian bawahnya dipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Dewasa ini tidak terlalu banyak dilakukan penangkapan tuna menggunakan pukat cincin, kalau pun ada hanya berskala kecil.

Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse line di antara cincin-cincin yang ada, sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau penciduk.

Pukat cincin dapat dioperasikan siang atau malam hari. Pengoperasian pada siang hari sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan. Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering digunakan di malam hari adalah lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks.

Gafa et al. (1987) mengemukakan bahwa payaos selain berfungsi sebagai alat pengumpul ikan juga berfungsi sebagai penghambat pergerakan atau ruaya ikan, sehingga ikan akan berada lebih lama di sekitar payaos. Uktolseja (1987) menyatakan bahwa payaos dapat menjaga atau membantu cakalang tetap berada d lokasi pemasangannya selama 340 hari.

Jaring insang (gillnet)
Jaring insang merupakan jaring berben tuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jaring. Dinamakan jaring insang karena berdasarkar cara tertangkapnya, ikan terjerat di bagian insangnya pada mata jaring. Ukuran ikan yang tertangkap relatif seragam.

Pengoperasian jaring insang dilakuka secara pasif. Setelah diturunkan ke perairan, kapal dan alat dibiarkan drifting, umumnya berlangsung selama 2-3 jam. Selanjutnya dilakukan pengangkat jaring sambil melepaskan ikan hasil tangkapan ke palka.
Read full story

KAKAP MERAH ( Lutjanus sp. )

0 komentar


Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan dan betinanya. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41–51% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya. Kelompok ikan yang siap memijah, biasanya terdiri dari sepuluh ekor atau lebih, akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan Agustus dengan suhu air berkisar antara 22,2–25,2ºC.

Ikan kakap jantan yang mengambil inisiatif berlangsungnya pemijahan yang diawali dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan tubuh mereka pada salah 17 seekor betinanya. setelah itu baru ikan-ikan lain ikut bergabung, mereka berputarputar membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air. Secara umum ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap merah yang berukuran besar akan mampu mencapai umur maksimum berkisar antara 15–20 tahun, umumnya menghuni perairan mulai dangkal hingga kedalaman 60–100 meter (Gunarso, 1995).

Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil.

Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991). Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Potensi ikan kakap merah jarang ditemukan dalam gerombolan besar dan cenderung hidup soliter dengan lingkungan yang beragam mulai dari perairan dangkal, muara sungai, hutan
bakau, daerah pantai sampai daerah berkarang atau batu karang.

Famili Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004). Penyebaran kakap merah di Indonesia sangat luas dan hampir menghuni seluruh perairan pantai Indonesia. Penyebaran kakap merah arah ke utara mencapai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan serta Filipina. Penyebaran arah ke selatan mencapai perairan tropis Australia, arah ke barat hingga Arfika Selatan dan perairan tropis Atlantik Amerika, sedangkan arah keTimur mencapai pulau-pulau di Samudera Pasifik (Direktorat Jenderal Perikanan, 1983 dalam Baskoro et al. 2004).

Menurut Djamal dan Marzuki (1992), daerah penyebaran kakap merah hampir di seluruh Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan Jawa, Timur dan Barat Kalimantan, Perairan Sulawesi, Kepulauan Riau

Read full story
 

BANANAS FOUNDATIONS © 2008 Business Ads Ready is Designed by Ipiet Supported by Tadpole's Notez